Monday, September 03, 2007

PERBUATAN SAMIRI

Adapun menari atau bergendang ketika beribadat itu tidaklah disuruh oleh Allah atau Nabi s.a.w. tetapi perbuatan-perbuatan yang seperti itu mula-mula sekali telah diadakan oleh Samiri dan kawan-kawannya ketika Samiri membuat patung anak lembu (sebagaimana ada tersebut kejadiannya di dalam Quran), lalu mereka pun bangun menari-nari dan mengadakan lain-lain perkara yang tidak disuruh oleh agama Nabi Musa alaihis salam, maka perbuatan-perbuatan yang seperti itu ialah perbuatan agama kafir dan perbuatan orang-orang yang menyembah lembu.

Demikian juga lebih kurang tersebut di dalam kitab Al Qurtubi.

Imam Al Tartusi menambah kata bahwa orang-orang yang mula-mula memukul gendang di dalam majlis-majlis ibadat yang seperti itu ialah orang-orang Zindik (yaitu orang-orang yang zahirnya Islam tetapi batinnya kafir) untuk hendak menarik dan menjauhkan orang-orang Islam daripada ajaran kitab Allah.

Di dalam majlis-majlis yang adakan oleh Rasulullah s.a.w. dengan sahabat-sahabatnya maka mereka telah menjaga sopan-santun yang penuh, dari itu sayugialah Sultan dan wakil-wakilnya (atau ketua-ketua agama) melarang orang-orang yang bergendang dan menari itu hadir di dalam masjid dan lain-lainnya dan tidak harus (tidak boleh) bagi seseorang yang percaya Allah dan Hari Kiamat hadir bersama-sama mereka itu dan menolong mereka itu di dalam kesesatan mereka. Inilah pendapat mazhab Syafi'i dan Maliki dan Abu Hanifah dan lain-lain lagi golongan Imam-imam (Ketua-ketua) agama Islam.

SATU ADAT

Kerap juga terjadi di negeri kita ini orang-orang bertepuk tangan dan memukul gendang dan menari-nari dan memukul dandi (gendang besi) ketika Zikrullah dan ketika membaca Maulid Nabi s.a.w. sedangkan tidak disuruh oleh Syara' membuat demikian. Bahkan kadang-kadang hal ini boleh membawa kepada kekafiran. (Kita berlindung dengan Allah daripada yang demikian itu.) Telah dipetik oleh guru kami daripada Abu Bakar bin Al Hisni bahwa jenis kafir itu banyak, tidak dapat dikira, maka setengah daripadanya ialah membaca Quran dengan memukul gendang.

Ibnu Hajar telah memetik daripada At Tartusi yang tujuan ringkasnya ialah: Menurut pendapat ketua-ketua ahli Sufi bahwa menari-nari dan memukul gendang di dalam majlis Zikrullah atau di dalam ketika membaca selawat dan memuji Nabi s.a.w. adalah sesat dan salah karena Islam itu tiada lain hanyalah apa yang terkandung di dalam kitab Allah dan Hadits Nabi s.a.w.

MENGAMBIL BERAT

Sayugialah semua orang-orang Islam mengambil berat dan gemar membaca Maulid Penghulu Besar kita keturunan Adnan itu, karena dengan sebabnya telah dijadikan sekalian arwah dan benda-benda, dari itu memang sesuai dibelanjakan harta benda untuk mengingatkannya dan membesarkannya. Muga-muga Allah Ta'ala menjadikan kita sekalian gemar dan suka membaca Maulid Nabi kita yang mulia itu dengan berkekalan dan membelanjakan uang baginya pada masa-masa dan hari-hari yang tertentu. Amin !

SATU LAGI HIKAYAT.

Telah dihikayatkan juga bahwa pada zaman Khalifah Abdul Malik bin Maruan bahwa ada seorang muda yang elok parasnya di dalam negeri Syam dan ia suka bermain dengan menunggang kuda. Maka pada satu hari ia telah menunggang kudanya dengan laju melalui hadapan pintu Gedung Khalifah itu tiba-tiba terlanggarlah dengan salah seorang anak baginda yang kebetulan ada di situ, lalu anak baginda itu pun mati.

Maka berita itu telah sampailah dengan segera kepada Khalifah dan Khalifah pun memerintahkan supaya pemuda itu dibawa menghadapnya. Apabila pemuda itu telah hampir kepada Khalifah maka teringatlah pada hatinya hendak bernazar bahwa sekiranya Allah Ta'ala melepaskan dia daripada angkara itu maka ia akan mengadakan jamuan yang besar dan ia akan meminta dibacakan Maulid Nabi s.a.w. di dalam majlis jamuan itu.

Apabila pemuda itu sampai di hadapan Khalifah dan Khalifah memandang kepadanya, tiba-tiba baginda telah tertawa, padahal baru sebentar tadi baginda telah berasa terlalu murka, lalu baginda bertanya kepada pemuda itu: "Adakah engkau pandai ilmu sihir?" Jawab pemuda itu, "Demi Allah tidak sekali-kali hai Amirul mu'minin." Berkata baginda: "Baiklah aku ampunkan engkau, tetapi katakanlah kepada aku apakah rahasia engkau?" Jawab pemuda itu: "Aku telah berkata di dalam hatiku, sekiranya Allah melepaskan aku daripada angkara yang sangat berat ini, aku akan mengadakan satu jamuan bagi Maulid Nabi s.a.w."

Baginda berkata: "Tadi aku sudah ampunkan engkau dan sekarang ambillah pula seribu dinar untuk perbelanjaan Maulid Nabi s.a.w. itu dan engkau sekarang terlepaslah daripada sebarang balasan bagi membunuh anakku itu.”

Maka pemuda itu pun keluarlah dan telah selamat daripada balasan bunuh dan telah menerima pula seribu dinar ialah dengan berkat Maulid Nabi s.a.w.

LAGI KELEBIHAN MAULID

Telah dihikayatkan bahwa pada zaman Amirul mu'minin Harun Ar Rasyid bahwa ada seorang muda di dalam bandar Basrah yang terlalu pemboros dan buruk perangai dan ahli-ahli negeri itu telah memandang kepadanya dengan pandangan yang hina dengan sebab perbuatan dan perangainya yang buruk itu. Tetapi pemuda ini, apabila sampai bulan Rabiul Awwal maka ia telah membasuh pakaian-pakaiannya dan berwangi-wangi serta berhias dan mengadakan jamuan dan pula ia telah meminta dibacakan kisah Maulid Nabi s.a.w. di dalam jamuan itu, maka ia tetaplah mengerjakan seperti itu tiap-tiap tahun selama beberapa tahun.

Kemudian apabila ia mati maka penduduk-penduduk negeri itu telah mendengar suatu teriakan berkata: "Datanglah wahai ahli Basrah dan saksikanlah jenazah seorang Wali Allah Ta'ala karena dia itu mulia di sisi Allah."

Maka orang-orang Basrah pun datanglah kepada jenazahnya dan mengebumikannya, kemudian mereka telah melihatnya didalam mimpi bahwa ia sedang bersiar-siar dengan pakaian dan perhiasan ahli Surga, yaitu ‘sondosen wastabraq’, lalu ia telah ditanya, "Sebab apa engkau telah menerima kelebihan besar ini?" Jawab pemuda itu: "Sebab aku membesarkan Maulid Nabi s.a.w."

MURAH REZEKI

Barangsiapa membaca Maulid Rasulullah s.a.w. pada wang perak di dan kemudian ia mencampurkan wang itu dengan wang-wangnya yang lain, niscaya tuan punya wang itu akan mendapat berkat dan tidak akan menjadi papa dan tangannya tidak akan kosong dengan berkat Maulid Rasulullah s.a.w.

Dan telah berkata Imam Al Yafi'i, "Barangsiapa mengumpulkan orang-orang Islam untuk sesuatu majlis membaca Maulid Nabi s.a.w. dan menyediakan makanan dan mengadakan tempat baginya dan mengerjakan lain-lain kebajikan maka Allah Ta'ala akan membangkitkan dia pada hari Kiamat bersama-sama dengan Wali-wali dan orang-orang yang saleh dan orang-orang yang mati syahid dan ia akan berada di dalam Surga Na'im."

PERKATAAN-PERKATAAN AULIA'

Telah berkata Al Hasan AI Basri, (muga-muga Allah Ta'ala memuliakan rohnya): "Aku ingin kalaulah aku mempunyai emas sebanyak gunung Uhud, niscaya aku akan membelanjakannya untuk membaca Maulid Rasulullah s. a. w."

Dan telah berkata AI Junaid AI Baghdadi rahimah Ullah: "Barangsiapa hadir pada majlis Maulid Nabi s.a.w. dan membesarkan keadaan majlis itu maka sesungguhnya ia telah menang dengan iman."

Dan telah berkata Ma'ruf Al Kukhi (muga-muga Allah memuliakan rohnya): "Barangsiapa menyediakan makanan untuk membaca Maulid Rasulullah s.a.w. dan mengumpulkan orang-orang Islam serta menyalakan lampu dan memakai pakaian-pakaian yang baru den berwangi-wangi serta bercantek dengan tujuan membesarkan Maulidnya s.a.w. maka Allah Ta'ala akan ngumpulkan dia di padang Mahsyar di hari kiamat kelak bersama dengan kelompok-kelompok yang pertama di antara Nabi-nabi dan ia akan mendapat setinggi-tinggi tempat di dalam Surga."

Dan telah berkata As Sirri As Saqati: "Barangsiapa pergi ke tempat yang ada dibaca di situ Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia diberi satu daripada kebun-kebun Surga karena ia pergi ke tempat itu tidak lain karena cinta kepada Rasulullah s.a.w."

Dan telah bersabda Rasulullah s.a.w.

Artinya: "Barangsiapa cintakan aku niscaya ia akan berada bersamaku di Surga."

Sedia maklum bahwa menyambut Maulid Nabi s.a.w. dengan cara-cara yang telah tersebut dahulu itu nyatalah berarti kita cinta kepadanya.

Dan telah berkata Sultan Wali-wali ('Arifin), Jalaluddin As Suyuti rahimah Ullah: "Barangsiapa orang Islam yang dibacakan di dalam rumahnya Maulid Nabi s.a.w. niscaya Allah Ta'ala akan menghilangkan den menjauhkan kemarau dan kecelakaan, balak, penderitaan, kebencian, hasad, kejahatan dengki terhadap ahli-ahli rumah itu dan apabila ia mati maka Allah Ta'ala akan memudahkan dia menjawab akan soalan-soalan Munkar dan Nakir dan akan mendapat tempat bersama orang-orang yang benar disisi Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Besar kerajaanNya."

Dan ia berkata lagi: "Tiada sebuah rumah atau masjid atau tempat dibaca di dalamnya akan Maulid Nabi s.a.w. melainkan Malaikat-malaikat melindungkan ahli-ahli tempat itu dan Allah Ta'ala akan melimpahkan rahmatNya kepada mereka dan Malaikat-malaikat yang berpangkat besar seperti dan Jibrl dan Mikail, Israfil, Quryail, Ainail dan lain-lainnya mendoakan kebaikan sesiapa yang menganjurkan dan menyebabkan adanya majlis bacaan Nabi s.a.w."

Demikianlah dinyatakan oleh guru kami daripada kitab ‘Wasail’.

HADITS NABI S.A.W.

Telah di riwayatkan satu hadith Nabi s.a.w. seperti berikut:

Artinya: "Barangsiapa membesarkan hari kezahiranku niscaya aku akan menjadi penolongnya pada hari kiamat dan barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk Maulidku maka seolah-olah ia membelanjakan emas sebanyak sebuah gunung untuk agama Allah."

Dan telah berkata Saiyidina Abu Bakar As Siddiq radhi Allahu 'anhu: "Barangsiapa membesarkan Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia akan menjadi temanku di dalam Surga."

Dan telah berkata Saiyidina Umar radhi Allahu 'anhu: "'Barangsiapa membesarkan Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia menghidupkan agama Islam."

Dan telah berkata pula Saiyidina Utsman radhi Allahu 'anhu: "Barang-siapa mengeluarkan satu dirham untuk membaca Maulid Rasulullah s.a.w. maka seolah-olah ia mati syahid didalam peperangan Badar dan Hunain."

Dan telah berkata Saiyidina Ali karamallahu wajhahu: "Barangsiapa membesarkan Maulid Nabi s.a.w. maka ia tidak akan keluar daripada dunia melainkan keadaannya di dalam iman."

Dan telah berkata Imam Syafi'i rahimah Ullah: "Barangsiapa mengumpulkan orang-orang Islam untuk menyambut Maulid Nabi s.a.w. dengan membaca Maulid itu dan mengadakan syarahan-syarahan berkenaannya serta menyediakan makanan bagi mereka dan membuat lain-lain kebajikan, niscaya Allah Ta'ala akan membangkitkan mereka di hari kiamat bersama dengan wali-wali, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh dan ia akan berada di dalam Surga yang penuh dengan ni'mat."

MEMBESARKAN NABI S.A.W.

Telah berkata guru bagi guru kami Sidi Ahmad bin Zaini Dahlan rahima Ullah, "Telah menjadi adat bagi orang bahwa apabila mereka mendengar orang yang membaca Maulid itu menyebut pada arah: "Nabi s.a.w. dizahirkanlah daripada ibunya", maka mereka pun bangun berdiri sebagai memuliakan dan membesarkan dia s.a.w., maka bangun berdiri itu memanglah baik, karena yang demikian itu ada pengertian membesarkan Nabi s.a.w. Sesungguhnya banyak ulama' yang menjadi ikutan oleh orang ramai telah membuat seperti itu."

Kata AI Halbi di dalam kitabnya ‘As Sirah’: "Sesungguhnya telah diceritakan oleh setengah-setengah ulama' bahwa pada suatu masa di zaman Imam As Subki, ramai ulama' telah berkumpul di sisinya, lalu salah seorang daripada mereka telah melagu-lagukan satu nasyid (yaitu syair penggalak) dikarang oleh As Sarsari untuk memuji-muji Nabi s.a.w., maka pada ketika itu bangunlah Imam As Subki beserta semua mereka yang ada di majlis termasuk qadhi-qadhi dan orang-orang besar, lalu terjadilah mesra yang besar di dalam majlis itu. Sanya, merayakan Maulid Nabi s.a.w. dengan orang-orang berkumpul ramai untuknya ialah satu perkara yang baik (mustahsan).

BID'AH HASANAH

Sanya perbuatan-perbuatan sebagaimana yang tersebut itu ialah Bid’ah Hasanah yang dibalas dengan pahala bagi orang-orang yang membuatnya karena di dalam perbuatan-perbuatan yang tersebut itu ada erti membesarkan nilai Nabi kita Muhammad s.a.w. dan menzahirkan kesukaan dan kegembiraan terhadap kezahirannya yang mulia.

Demikianlah yang telah di sebutkan oleh guru-guru kami muga-muga Alah Ta'ala mencurahkan rahmatNya ke atas mereka.

Telah berkata Imam Abu Syamah, guru Syeikh An Nawawi, "Satu daripada perkara-perkara yang dicipta dan diadakan pada zaman kita ialah perkara yang dilakukan tiap-tiap tahun pada hari asalnya yang dizahirkan Nabi s.a.w. (yaitu dua belas Rabi'ul Awwal) seperti bersedekah dan mengerjakan lain-lain kebajikan dan menyatakan kesukaan serta menghiaskan diri dan tempat kediaman karena yang demikian itu selain daripada membuat baik kepada orang-orang faqir, maka ia juga menandakan cinta kepada Nabi s.a.w. dan membesarkan dia di dalam hati orang yang menjalankan perayaan Maulid itu, sebagai syukur kepada Allah Ta'ala karena la telah mengutus Rasulullah sebagai satu rahmat kepada manusia sekalian.

HUKUM MERAYAKAN MAULID

Di dalam fatwa-fatwa Al Hafiz As Sayuti rahimah Ullah, di dalam bab "walimah" (memberi jamuan) bahwa ia telah ditanya tentang merayakan Maulid Nabi s.a.w. di dalam bulan Rabi'ul Awwal, apa hukumnya daripada syara'? Dan adakah didapati pahala oleh orang yang melakukannya atau tidak? Dijawab oleh As Sayuti, "Pada pendapatku bahwa cara merayakan Maulid Nabi s.a.w. itu ialah orang-orang berkumpul beramai-ramai dan membaca sedikit daripada ayat Quran dan menceritakan kisah-kisah berkenaan Maulid s.a.w. perkara-perkara yang luar biasa (mu'jizat) yang terjadi pada masa Nabi s.a.w dizahirkan dan kemudian mengeluarkan makanan untuk dimakan oleh orang ramai tadi dan selepas itu mereka pun bersurailah dengan tidak mengerjakan apa-apa lain daripada yang tersebut itu."

PERMULAAN PERAYAAN MAULID

Kata Syeikh As Sakhawi bahwa perayaan Maulid itu mula-mula telah terjadi selepas kurun yang ketiga. Kemudian maka berkekalanlah orang-orang Islam di lain-lain negeri dan bandar yang besar meraikan Maulid itu. Dan mereka telah bersedekah pada malamnya dengan berbagai-bagai sedekah dan mengambil berat tentang membaca Maulid s.a.w. yang mulia itu dan telah nyatalah daripada berkatnya itu bahwa mereka telah mendapat kelebihan-kelebihan yang banyak.

FAEDAH MAULID

Telah berkata Ibnul Jauzi bahwa satu daripada perkara-perkara yang telah mujarrab (yaitu telah dicoba dan didapati benar) ialah bahwa meraikan atau merayakan Maulid Nabi s.a.w. itu akan mendatangkan keamanan yang penuh pada sepanjang-panjang tahun itu di tempat yang
diadakan keramaian Maulid itu.

Sanya seorang raja yang bernama Abu Sa'id AI Mudzaffar telah mempunyai sebuah kota bernama Irbil yang jauhnya dua batu daripada bandar AI Musul, adalah seorang raja yang bijaksana, berani, gagah, pintar, alim dan adil, la telah berlebih-lebihan pada tentang meraikan dan merayakan Maulid Nabi s.a.w. dan telah mengeluarkan belanja tiap-tiap tahun untuk yang demikian itu sebanyak 300,000 dinar. Dan perbuatannya itu telah dipersetujui oleh ulama'-ulama' dan orang-orang saleh keseluruhannya.

Dan di dalam setengah-tengah perayaan Maulid yang diadakan oleh raja itu maka setengah-setengah orang telah menghitung di dalam jamuannya ada 5.000 ekor kambing panggang dan 10.000 ekor ayam dan 100.000 mangkok dan 300.000 pinggan besar yang mengandungi gula-gula dan manisan-manisan yang berbagai rupa dan rasa.

Dan pula ia telah menyediakan percuma satu rumah besar untuk sesiapa saja yang datang daripada mana-mana pihak dan arah yang tidak mempunyai tempat tinggal. Dan raja itu telah membelanjakan wang untuk rumah itu tiap-tiap tahun 100.000 dinar, padahal baju raja itu sendiri hanya daripada kain kapas yang keras dan pula tidak lebih daripada lima helai.

Isterinya pernah menegurnya tentang hal pakaiannya itu, tetapi ia pernah menjawab: "Aku memakai pakaian-pakaian yang demikian itu lebih baik daripada aku memakai pakaian-pakaian yang mahal dengan tidak mengambil berat terhadap orang faqir dan miskin."

ABU LAHAB

Telah diriwayatkan bahwa apabila Nabi s.a.w. dizahirkan maka seorang hamba perempuan yang bernama Thuwaibah telah datang kepada Abu Lahab, (yaitu salah seorang bapa saudara Nabi s.a.w. dan tuan punya hamba itu) lalu hamba itu memberitahu kepadanya berkenaan kezahiran seorang lelaki bagi saudaranya, Abdullah. Maka Abu Lahab telah berasa amat sukz lalu ia terus memerdekakan hamba itu pada ketika itu juga. Kemudian ia telah mengupah akan bekas hambanya itu supaya menyusukan Nabi, s.a.w. selepas kezahirannya itu selama beberapa hari.

Kemudian telah diriwayatkan bahwa selepas matinya Abu Lahab itu maka ada seoranq telah mimpi berjumpa dan bertanya kepadanya: "Apa hal engkau sekarang?" Jawab Abu Lahab: "Aku di dalam neraka tetapi keadaanku telah diringankan pada tiap-tiap malam Itsnin, karena aku dapat mengalir air di antara celah jariku sekedar banyak ini," (lalu ia tunjukkan kepada lekok di ibu jarinya)," dan yang demikian itu ialah dengan sebab aku memerdekakan Thuwaibah apakala ia memberitahu kepadaku tentang kezahiran Muhammad, dan pula aku telah mengupah Thuwaibah untuk menyusukan dia." Demikianlah riwayat itu.

Maka sekiranya beginilah hal Abu Lahab yang kafir musyrik itu (di dalam Quran telah diturunkan satu surah khas untuk mencelanya) dibalas dengan baik di dalam api neraka dengan sebab kesukaannya pada hari kezahiran Nabi yang terpilih s.a.w. itu maka bagaimanakah pula hal seorang yang mempercayakan keesaan Tuhan sepanjang umurnya yang bergembira dengan hari kezahiran Nabi s.a.w. dan bersedekah pula karena cintakan dia.

Demi sesungguhnya tidak dapat tiada balasan untuk orang yang seperti ini daripada Allah Ta'ala yang maha Pemurah itu ialah memasukkan dia dengan kelebihanNya dan kemurahanNya ke dalam Surga yang penuh dengan ni'mat untuk selama-lamanya.

Maka dapatlah diketahui daripada apa yang tersebut itu bahwa mengambil berat tentang Maulidnya s.a.w. yang mulia itu ialah satu daripada sebesar-besar perkara yang boleh mendekatkan seseorang kepada Tuhan. Dan hal yang demikian itu boleh didapati dengan memberi makanan kepada fakir miskin, dan membaca Quran dan membaca kisah sejarah Nabi s.a.w. dan kasidah-kasidah berkenaan dengannya, dan lain-lain perkara yang tidak mengandungi perkara perkara yang haram atau makhruh.

DINAMAKAN MUHAMMAD

Ahli-ahli sejarah telah berselisih pendapat tentang adakah bundanya s.a.w. yang telah menamakan dia Muhammad ataukah datuknya yang membuat demikian? Dan adakah Nabi s.a.w. telah diberi nama itu pada malam yang ia dizahirkan itu ataukah pada hari yang ke tujuh selepas ia dizahirkan?

Telah diriwayatkan oleh Imam Baihaqi daripada Ibni Hasan An Natukhi bahwa apabila sampai hari yang ke tujuh selepas dizahirkan Nabi s.a.w. maka nindanya, Abdul Muttalib, telah menyembelih binatang-binatang (untuk membuat aqiqah) dan telah menjemput Kaum Quraisy untuk menjamu mereka dan apabila telah selesai jamuan itu maka mereka pun bertanya: "Apakah engkau namakan dia?" Dijawab oleh nindanya: "Aku namakan dia Muhammad (artinya: yang dipuji). Aku berharap Allah Ta'ala memujinya di langit dan makhluk Allah Ta'ala memujinya di bumi."

Dan ada pula ahli sejarah yang mengatakan bahwa nindanya telah menamakan dia Muhammad ialah karena nindanya itu telah bermimpi bahwa satu utas rantai perak telah keluar daripada belakangnya lalu rantai itu telah memanjang sehingga satu hujungnya telah sampai ke langit dan satu hujungnya lagi telah sampai ke bumi dan satu lagi ke timur dan satu lagi ke barat. Kemudian rantai itu telah memendek kembali sehingga menjadi seolah-olah sebuah pohon yang hijau yang pada salah satu daunnya ada cahaya, tiba-tiba orang-orang yang di timur dan orang-orang yang di barat bergantung padanya, lalu ia menceritakan mimpinya itu, dan telah dita'birkan mimpi itu oleh ahli ta’bir mimpi kepada Abdul Muttalib bahwa seorang kanak-kanak akan di zahirkan daripada belakangnya yang akan menjadi ikutan oleh orang-orang timur orang-orang barat, dan akan dipuji oleh penghuni langit dan penghuni bumi. Dan beserta dengan itu maka ibunya telah menceritakan bahwa is telah datangi oleh satu yang datang dan memberitahu kepadanya bahwa, “Apabila engkau menzahirkan budak itu maka hendaklah engkau namakan dia Muhammad".

KEZAHIRAN NABI S.A.W.

Kemudian ahli sejarah telah menyebutkan bahwa apabila Abdullah berkawin dengan Aminah maka mereka pun bersatu dan Aminah pun telah mulalah mengandungkan Nabi s.a.w. pada hari Itsnin (dan ada pula ulama' yang mengatakan pada malam Jumaat dalam bulan Rajab, yaitu hari yang pertama di dalamnya dan Aminah telah menzahirkannya pada bulan Rabi'ul Awwal menurut pendapat ahli sejarah yang lebih tepat. Dan lama masa dikandungkan dia s.a.w. itu ialah sembilan bulan menurut pendapat yang sah, tetapi menurut pendapat yang mahsyur pula ialah dua belas bulan.

Maka menurut pendapat yang lebih tepat ialah bahwa Nabi kita s.a.w. telah dizahirkan pada hari Itsnin selepas terbit fajar dan itulah satu waktu yang berkat. Dan ia (s.a.w.) telah dizahirkan di Mekah dan tidak harus kita percayakan lain daripada Mekah itu tempat kezahirannya.

Dan perkara-perkara yang tersebut itu sayugialah diajarkan oleh ibu bapa kepada anak-anak mereka apabila mereka sampai umur 7 tahun, yaitu sudah jadi "mumaiyiz".

Dan Nabi Kita s.a.w. telah dizahirkan dengan keadaannya sudah sedia berkhatan serta juga sudah terpotong pusatnya. Rasulullah s.a.w. sendiri telah bersabda:

Artinya: Setengah daripada kemuliaan yang telah dikurniakan oleh Allah Ta'ala kepadaku ialah aku telah dizahirkan sedia terkhatan dan tidak seorang pun telah melihat auratku.

BAU KASTURI

Sanya adalah Abdul Muttalib (ninda Nabi s.a.w:) itu keluar daripadanya bau kasturi yang sangat harum dan pula ternyata cahaya Rasulullah s.a.w. itu terang pada dahinya. Dan apabila anak Ielakinya Abdullah, sampai usianya 13 tahun (dan ada pula ahli sejarah yang mengatakan 30 tahun), maka Abdul Muttalib telah mengahwinkan dia dengan Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zahrah dan adalah Abdullah tadi pada masa itu berpangkat tinggi di dalam kaum Bani Zahrah dari segi keturunan dan kemuliaan.

KETURUNAN SUCI

Sesungguhnya Allah Ta'ala telah membersihkan sekalian datuk nenek Nabi kita s.a.w. yang mulia itu daripada zina jahiliah, yaitu tidak pernah ada di antara mereka itu (daripada Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad s.a.w.) seseorang yang telah bernikah dengan ibu tirinya atau dua adik beradik perempuan dimadukan atau sebagainya (karena hukum kawin yang seperti itu ialah haram serta tidak sah di dalam Islam.)

Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

Artinya: Aku tidak dizahirkan (diberanakkan) daripada zina jahiliah walau barang sedikit pun bahkan aku tidak dizahirkan melainkan daripada kawin secara Islam, (yaitu dengan ijab dan kabul dan dengan saksi-saksi yang bukan kafir karena pada masa itu mereka adalah dari ahlil-fitrah, yaitu masa yang kosong daripada sebarang nabi-nabi dan ahlil-fitrah itu tidak dihukumkan kafir.)

CAHAYA SAHABAT-SAHABAT

Kemudian Nabi Adam bertanya: "Hai Tuhanku, adakah lagi baki cahaya itu di belakangku?" Jawab Allah Ta'ala: "Ya ada, cahaya sahabat-sahabatnya." Nabi Adam berkata: "Hai Tuhanku, pindahkanlah cahaya itu kepada lain-lain jariku." Maka Allah Ta'ata pun memindahkan nur Saiyidina Abu Bakar kepada jari tengahnya dan nur Saiyidina Omar kepada jari manisnya dan nur Saiyidina Utsman kepada jari kelengkingnya dan nur Saiyidina Ali kepada ibu jarinya. Maka jadilah cahaya-cahaya itu gemerlapan pada jari-jari Nabi Adam alaihis salam selama ia berada di dalam Surga. Tetapi apabila ia turun ke dunia dan mengerjakan pekerjaan dunia maka cahaya-cahaya itu telah hilanglah daripada jari-jarinya dan kembali kembali kepada belakangnya.